lebih tajam dari pisau

2 komentar
Beberpa kali aku bertanya pada sahabat-sahabatku, "apa yang kalian tidak sukai dariku?" mereka menjawab : " kamu itu ceplas - ceplos kalo nyindir nylekit dan bikin sakit hati"
Kebiasaan menyindir dan ceplas-ceplosku sudah banyak makan korban, banyak yang tersakiti oleh lisanku yang sering tak terkontrol. Dan ketika kusadar akan kesalahanku sudah terlanjur menyakit mereka.

Ya Allah sekiranya yang keluar dari mulutku tak berguna dan menyakiti, lebih baik tak kau ijinkan kata-kata itu keluar...
ya Allah ijinkan lisan ini hanya berkata yang menyejukkan dan bermanfaat
ya Allah ampuni dosa dosaku yang telah lalu
Semoga aku lebih bermanfaat lagi amin

Karena lidah ini lebih tajam dari pisau, sarungkanlah jika tidak dipakai

kita selamaya

0 komentar

Kita selamanya, Bondan Prakoso & Fade 2 Black


eiyo... it's not the end, it's just beginning
titz:
ok... detak detik tirai mulai menutup panggung
tanda skenario... eyo... baru mulai diusung
lembaran kertas barupun terbuka
tinggalkan yang lama, biarkan sang pena berlaga
kita pernah sebut itu kenangan tempo dulu
pernah juga hilang atau takkan pernah berlalu
masa jaya putih biru atau abu-abu (hey)
memori crita cinta aku, dia dan kamu

santoz:
saat dia (dia) dia masuki alam pikiran
ilmu bumi dan sekitarnya jadi kudapan
cinta masa sekolah yang pernah terjadi
dat was the moment a part of sweet memory
kita membumi, melangkah berdua
kita ciptakan hangat sebuah cerita
mulai dewasa, cemburu dan bungah
finally now, its our time to make a history
reff:
bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat... kita untuk slamanya!


satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan

lezz:
saat duka bersama, tawa bersama
berpacu dalam prestasi... (huh) hal yang biasa
satu persatu memori terekam
didalam api semangat yang tak mudah padam
kuyakin kau pasti sama dengan diriku
pernah berharap agar waktu ini tak berlalu
kawan... kau tahu, kawan... kau tahu kan?
beri pupuk terbaik untuk bunga yang kau simpan

back to reff:
bridge:
bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan dan saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat...


back to reff:

bali deso mbangun deso

2 komentar
habis jalan-jalan eh dapet artikel bagus
jadi ppengen tak bagi buat temen-temen juga
 monggo..........

Petani Mesti Pelit
Mengaku petani, kadang saya senyum kecut sendiri. Sebab, beras masih beli. Tetangga-tetangga di sekitar Cijapun juga begitu, bersawah mungil. Panen sekadarnya. Konsumsi beras keluarga, masih banyak butuh diasup pasokan raskin.
Maka terkenanglah saya pada satu kesempatan tandang ke Garut. Sahabat-sahabat lama mengundang ngopi bareng di sana. Teman-teman sepermainan di Konsorsium Pembaruan Agraria.
Seorang teman, Prasetyo, bercerita tentang petani di Garut bertanam padi di sawah yang mampu hasilkan 1 kg gabah per satu meter persegi sawah. Dengan 4 prinsip utama nan sederhana, yang intinya “melayani kehendak padi“.
  1. Padi bukan tanaman air, maka tak perlu tergenang. Cukup kondisi macak-macak. Air rata dengan muka tanah.
  2. Padi tak suka tumbuh berhimpit, maka jarak tanam dibuat renggang
  3. Bibit padi tua berpotensi stress, maka bibit harus dipindah pada umur 7-8 hari sedari mula semai. Untuk kurangi potensi stress pada akar, selambat-lambatnya bibit harus *dipindah* (baca ditanam, terima kasih masukannya Mas Bambank) 1 jam sejak dipindah dari petak semai.
  4. Padi tak “tega” rebutan makanan, maka tanam satu saja pada tiap lubang/titik tanam.
Sekali lagi padi bukan tanaman air. Secara genetik, padi sawah dan padi ladang dapat dianggap persis serupa. Padi hanya butuh cukup air, cukup pada kondisi lembab. Dan itu bisa diakali dengan penebaran jerami seperti pertanian alami ala Masanobu Fukuoka. Hanya, kawan Prasetyo mengadaptasi System of Rice Intensification (SRI) anjuran Henri de Laulanie.
———————–
Di Cijapun saya dua kali tanam padi, pada sawah mungil. Sekadar menikmati sensasi bersawah yang belum pernah saya alami. Menikmati pengujian dengan 3 perlakuan. Sesudah senang, tak digubris lagi. Yang penting dapat bibit lagi, bibit padi bagolo, jenis lokal, sembari belajar melunturkan racun-racun pertanian pada gilir-gilir tanam sebelumnya.
Dengan oleh-oleh dari Garut terpikir hal sederhana. Bila nyawa sebatang saya hanya perlu makan nasi, dengan konsumsi beras taruh kata 300 gram/hari maka sebulan saya hanya perlu 9 kg. Dalam setahun butuh 108 kg beras. Setiap kilogram gabah kering digiling akan mengalami susut bobot sebesar 25% (dalam kisar paling parah, bisa susut 40%). Berarti bila matematika saya tak goblok benar, maka saya perlu 144 kg gabah per tahun.
Artinya sederhana, saya hanya perlu sawah seluas 144 meter persegi, bila dalam setahun hanya sekali tanam. Bila bisa 3 kali tanam dalam setahun, kebutuhan konsumsi beras saya pribadi bisa dipenuhi oleh tanah berlumpur seluas 48 meter persegi. Bila punya keluarga kecil dengan satu istri dua anak, ya tinggal kali empat.
Saya mungkin salah berhitung. Tapi sedang mengangankan diri sendiri suatu saat nanti tak lagi tersenyum kecut… karena bisa mengaku petani tapi bahan pangan utama tak mesti beli. Tanpa perlu mengantri jatah raskin. Berdaya di lahan sendiri.
Umm… sesudah jadi petani malas, saya ingin jadi petani pelit. Malas beli-beli. Ha ha!
———————–
[SyamAR; Cijapun, 5 April 2010]
dusunlaman.net
0 komentar
show must go on what ever had been
 
Copyright 2009 Lintang timur
BloggerTheme by BloggerThemes | Design by 9thsphere